EDITOR : KITO Milenial.com
Setelah Buzzer tenggelam dan kalah pamor, maka muncullah
gerombolan wartawan Projokiwi menista Gubernur DKI, Anies Baswedan. Sampai
kapan akal sesatmu berhenti menyesatkan rakyaat di negeri ini. Dan sampai kapan
Kekuasaan Absurdmu kembali sehat dan normal, sehingga negeri ini terbebaskan
dari dilema absurditas wahai para penguasa.
yang beredar di public itu benar adanya. Bhw kalian hanya
bisa membayar Buzzer dan Wartawan Nasi Bungkus untuk melakukan apa yg menjadi
kehendak syahwat politik kalian, yaitu menyerang Anies dan meprovokasi rakyat
guna mempertahankan sisa kekuasaan kalian yang tinggal di ujung tanduk. Dengan
fenomena Buzzer dan Wartawan Nasi Bungkus rezim absurd ini telah memperlihatkan
kondisi objectifnya, bahwa sejatinya rezim ini telah kehilangan dukungan dan
legitimasi public.
Belumkah sadar kalian semua atas kehadiran Wabah Virus
Corona Yang Membaw Misi Ilahy Mengingatkan kalian semua atas skenario kejahatan
politik yg kalian lakukan di era demokrasi liberal ini ? Tidakkah kalian sadar
bahwa skenario itu hanyalah akan meruntuhkan akhlaq politik dan mencoreng
martabat bangsa di mata Internasional ? Bukankah negeri ini hasil karya
peradaban dari anak anak revolusioner, dg akal cerdas, budi luhur, pemikiran
agung anak anak bangsa yg berkaracter da berintegritas ? Bukankah para pendiri
negara mewariskan pada kita suatu doktrin bernegara, bahwa Demokrasi adalah
Pertarungan rasionalitas, idialitas kaum Akal Sehat?
Kalian Menang Pilpres dg merampok suara rakyat. Kalian
bersekutu dg KPU untuk umumkan kemenangan Joko Widodo di malam hari saat warga
tertidur lelap. Kalian bunuh 600 lebih petugas penghitung suara, pengawal
demokrasi. Kalian bersekutu dg Mahkamah Konstitusi untuk mengesahkan kemenangan
Joko Widodo di pilpres 2019. Perolehan kemenangan yg sangat memalukan. Kalian
Tidak Pernah Malu Pada Rakyatkan atas semua manipulasi dan kebohongan yg
terjadi ? Kemenangan yg sangat diharamkan oleh etika Agama.
Belum lagi kalian dg arogan menggunakan Brimob membantai
penduduk dan activis yg tak berdosa di depan Bawaslu sore hari, saat mereka
menuntut suara politik mereka yg hilang. Dan kalianpun menggunakan alat
keamanan negara, lagi lagi Brimob yg memuntahkan peluru panas nyasar kemana
mana. Peluru nyasar itu menghujani penduduk tengah berdoa, juga menimpa anak
usia sekolah di petamburan menjelang pagi dini hari. Kalianpun menculik activis
yang menolak cara tiran pemerintahan Jokowi. Semua itu kalian lakukan untuk
menghilangkan jejak, mengintimidasi rakyat, DEMI ABSURDITAS KEKUASAAN.
Di dalam theologi islam diajarkan bhw kekuasaan itu hanya
milik Allah semata, bukan milik manusia. Kekuasaan itu didistribusikan oleh
Allah kepada mereka yg memiliki kepantasan, kepatutan dan kecakapan untuk
memimpin, pada merekalah yg akan menerima amanah kekuasaan. Allah berfirman
dalam al Quran surat ali imran ayat 26, “Katakanlah wahai Muhammad bhw
Kekuasaan itu milik Allah, akan Allah berikan pada siapa yg Allah suka, dan
Allah cabut kekuasaan itu dari siapapun yg Allah suka. Dan Allah akan berikan
kemuliaan kepada siapa yg Ia suka dan Allah akan sesatkan siapapun yg Ia suka.
Dlm perspektif theologis pula kekuasaan harus diperoleh dg cara yg tepat dan
difungsikan secara tepat untuk mengurus negara.
Olehnya tidak pantas kekuasaan itu dikontestasikan secara
liberalistik dg biaya capital yg fantastis di dalam negara yg berdasarkan
Ideologi dan Falsafah Pancasila. Mengingat para fonding fathers telah
bersepakat bhw sistem pembentukan kekuasaan negeri ini melalui musyawarah dan
mufakat oleh para ahli hikmah. Merekalah yg punya kewenangan untuk membentuk
kekuasaan.
Nah sekarang perkembangan dewasa ini sdh berubah, sejak
reformasi sistem yg ideal itu telah diruntukan oleh persekutuan pemilik modal.
Olehnya keberadaan negara saat ini telah dirampok dan dimonopoli oleh kelompok
oligharcy (ppersekutuan pemilik modal dan pemilik partai) dan mereka mengurus
negara seperti halnya perusahaan, dimanfaatkan untuk merampok kekayaan negara.
Rakyat seakan hidup dg KTP tetapi tanpa kedaulatan. Lembaga negara kita
dikendalikan oleh perusahaan negara, sehingga demokrasi lumpuh, hukum tumpul,
politik dijalan secara tirani.
Apakah kalian kira rakyat tertipu oleh akal bulus dan akal
makar kalian? Rakyat memang tak berdaya karena kebiadaban dan kekejaman operasi
kalian yg mengabaikan nilai nilsi kemanusiaan dan kewarasan sosial. Tapi saat
ini rakyatpun menjadi semakin faham bhw rezim absurd ini rezim yg paling busuk,
paling paling kejam, dan nyata gagal dan memalukan.
Lihat saja penanganan Corona Virus, tumpang tindi, maju
mundur, tidak terarah dan tidak focus, terkesan tendensius, ada udang di bakik
batu. Pernyataan anggota kabinet tentang penangan Covid 19 tidak saling
mendukung. Pura pura serius tapi tidak. PSBB tedengar enak tapi pahit terasa.
Di satu sisi menekan rakyat untuk lockdown, karantina, tidak boleh mudik, tapi
sisi lain membiarkan TKA asal cina pembawa virus terus bermigrasi ke tanah air.
Absurdkan?

Pelepasan para tahanan Napi dari lapas juga dinilai
tendensius. Di tengah Corona Virus menerpa, rakyat lockdown, krisis ekonomi pun
terjadi. Lalu untuk apa pemerintah membebaskan napi? Sementara ini
kriminalisasi dan keresahan sosial terus terjadi di mana mana dan semakin
meningkat eskalasinya. Diduga napi yang dilepas itu akan dimainkan menjadi
faktor yang memicu keresahan sosial di arus bawah. Bila keresahan timbul di
berbagai wilayah terus menerus dan tak terkendalikan maka bisa memicu timbulnya
kerusuhan sosial. Bila kerusuhan sosial terjadi maka inilah peluang yg dinanti
Joko Widodo akan memberlakukan Darurat Sipil. Dan inilah jalan menuju
legitimasi politik bagi Joko Widodo untuk mempertahankan kekuasaan yg sedang
rapuh.
Bagi pendukung setia Presiden Joko Widodo berhentilah
memitoskan Jokowi. Tapi bangunlah akal sehat, bernerasi yg cerdas dalam
membangun negeri. Harus diakui bhw Joko Widodo hanyalah simbul apsurd yang
dipakai oleh kekuatan pemodal untuk agenda penguasaan dan perampokan aset
ekonomi nasional. Lihat migrasi besar besaran TKA asal Cina membanjiri ke tanah
air kita, mereka disebar ke Kendari, Palu, Ternate, Papua, Kalimantan dll. Dan
hal ini tentunya sangat membahayakan kaum pribumi pemilik negeri ini di masa
depa. Kecerdasan dan kejujuran Joko Widodo sangat tidak cukup sebagai modal
dasar untuk memimpin negeri yg super besar ini. Bagaimana mungkin Indonesia yg
memiliki permasalahan yg compleks, penduduk yg beragam, serta kekayaan sumber
daya alam yg melimpah ini dipimpin oleh orang yg tidak cukup sarat ?
Rakyat yg waras bisa membedakan antara pemimpin negara
sekaligus negarawan sejati, – pempinpim absurd budak dan pecundang. Jangan
dikira rakyat diam artinya setuju, tapi diamnya rakyat menyimpan bom waktu, yg
sewaktu waktu bisa meledak.
0 Comments