Pembuatan lembaga dalam organisasi HMI merupakan hal yang lumrah. Fungsinya agar bisa mengembangkan bakat dan minat kader HMI. Itulah kenapa ada lembaga seni, ada lembaga pecinta alam, lembaga hukum, lembaga ekonomi dan lembaga-lembaga lainnya.Lembaga-lembaga ini masih wajar karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang punya passion yang berbeda-beda. Tetapi tidak untuk Korps HMI-Wati (Kohati), lembaga khusus kader perempuan HMI. Perempuan itu bukan passion, tetapi jenis kelamin kodrati layaknya laki-laki. Apa iya laki-laki harus membuat Korps HMI-Wan (Kohawan).
Tentu jawabannya, tidak. HMI itu dibuat untuk laki-laki dan perempuan. Terus kenapa perlu dibuat lembaga khusus perempuan? Percuma tiap agenda sering menyuarakan emansipasi perempuan, tetapi malah meminta perlakuan khusus bagi perempuan.
Saya kerap kali menanyakan kepada beberapa kader perempuan HMI mengenai urgensi adanya Kohati. Ada perempuan HMI yang sepakat agar Kohati dibubarkan, tidak diperlukan. Ada juga yang tetap setuju adanya Kohati dan memberikan jawaban-jawaban yang menurut saya, apologi.
Kenapa Kohati perlu dibuat? Ada yang memberikan jawaban karena perempuan itu khusus, ada agenda yang tidak bisa dibahas kalau ada laki-laki. Aduh mama sayange. Kalau alasannya ini, kenapa Bidang Pemberdayaan Perempuan tidak buat agenda saja dengan ngasih catatan bahwa agenda ini khusus perempuan.
Perlu saya sampaikan, saya bukanlah perempuan, tetapi saya akan mencoba memberikan tanggapan secara obyektif selama mengamati pergerakan Kohati saat ini. Saya pun rela meluangkan waktu untuk membaca Pedoman Dasar Kohati (PDK) Kohati agar bisa tau isi di dalamnya.
Kita bisa lihat dalam PDK Kohati tentang tujuan Kohati, yakni Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita. Ini kan sama dengan tujuan HMI, hanya saja ada tambahan muslimah. Di PDK itu juga ada peran Kohati, yakni sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan. Pertanyaan saya, apa iya HMI dengan Bidang Pemberdayaan Perempuan masih tidak bisa membina muslimah HMI?
Setelah membaca PDK, penjelasannya masih belum juga berhasil membuat saya setuju bahwa Kohati perlu ada, kecuali penjelasan tentang fungsi kohati, diantaranya:
Kohati berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Di tingkat internal HMI, Kohati berfungsi sebagai bidang keperempuanan. Di tingkat eksternal HMI, Kohati berfungsi sebagai organisasi perempuan.
Saya masih bisa sepakat apabila fungsi Kohati sebagai lembaga organisasi perempuan di eksternal. Biar kalau ada agenda-agenda perempuan di luar, perempuan HMI bisa ikut nimbrung secara lembaga. Tapi disini kan kalau ditarik benang merahnya, lagi-lagi yah ujung-ujungnya jabatan.
Wajar saja, kalau ada yang menganggap bahwa Kohati didirikan karena perempuan tidak mampu bersaing di HMI. Akibat konstruksi sosial, mau nyalon cabang, banyak yang kalah apabila harus bersaing dengan laki-laki. Akhirnya, dibuatlah Kohati agar bisa memberikan pengalaman memimpin yang lebih banyak bagi kader perempuan.
Dalam praktik politik, Kohati diperlukan juga untuk menambah suara, seperti dalam musyawarah organisasi yang mengakomodir organisasi-organisasi pemuda. Kalau hanya HMI suaranya kan hanya satu, tetapi kalau Kohati juga didaftarkan sebagai organisasi yang berbeda dari HMI, tapi masih satu gerbong, kan bisa nambah satu suara lagi.
Kita bisa lihat dalam PDK Kohati tentang tujuan Kohati, yakni Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita. Ini kan sama dengan tujuan HMI, hanya saja ada tambahan muslimah. Di PDK itu juga ada peran Kohati, yakni sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan. Pertanyaan saya, apa iya HMI dengan Bidang Pemberdayaan Perempuan masih tidak bisa membina muslimah HMI?
Setelah membaca PDK, penjelasannya masih belum juga berhasil membuat saya setuju bahwa Kohati perlu ada, kecuali penjelasan tentang fungsi kohati, diantaranya:
Kohati berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Di tingkat internal HMI, Kohati berfungsi sebagai bidang keperempuanan. Di tingkat eksternal HMI, Kohati berfungsi sebagai organisasi perempuan.
Saya masih bisa sepakat apabila fungsi Kohati sebagai lembaga organisasi perempuan di eksternal. Biar kalau ada agenda-agenda perempuan di luar, perempuan HMI bisa ikut nimbrung secara lembaga. Tapi disini kan kalau ditarik benang merahnya, lagi-lagi yah ujung-ujungnya jabatan.
Wajar saja, kalau ada yang menganggap bahwa Kohati didirikan karena perempuan tidak mampu bersaing di HMI. Akibat konstruksi sosial, mau nyalon cabang, banyak yang kalah apabila harus bersaing dengan laki-laki. Akhirnya, dibuatlah Kohati agar bisa memberikan pengalaman memimpin yang lebih banyak bagi kader perempuan.
Dalam praktik politik, Kohati diperlukan juga untuk menambah suara, seperti dalam musyawarah organisasi yang mengakomodir organisasi-organisasi pemuda. Kalau hanya HMI suaranya kan hanya satu, tetapi kalau Kohati juga didaftarkan sebagai organisasi yang berbeda dari HMI, tapi masih satu gerbong, kan bisa nambah satu suara lagi.
Inilah jawaban yang seharusnya keluar dari mulut Kader Kohati. Perempuan HMI harus mengakui bahwa sampai saat ini keberadaan perempuan masih dianggap remeh dalam ranah publik. Masih berdirinya Kohati adalah bukti ketidakadilan itu masih hidup.
Namun, sayangnya, akibat diskusi perempuan yang tidak dipahami secara utuh, muncul gengsi dalam diri Kader Kohati. Mereka malu menyatakan bahwa perempuan masih belum bisa bersaing dengan laki-laki. Ntah itu karena faktor eksternal (lingkungan) atau faktor internal perempuan (kualitasnya).
Walaupun saya sepakat bahwa pada bagian eksternal, Kohati diperlukan untuk membawa aspirasi perempuan HMI dalam organisasi perempuan di luar, tetapi ternyata tetap masih ada minusnya. Lama kelamaan Kohati jadi lupa kulit, Kohati menjadi jauh lebih aktif daripada HMI.
Kita bisa melihat beberapa agenda Kohati yang mulai menerobos palang pembatas, seolah lupa dengan tujuan awalnya, yakni membina muslimah melalui agenda-agenda yang berhubungan dengan perempuan. Nyatanya, kok ada agenda vaksinasi yang diadakan Kohati, ada agenda Kohati galang danalah, ada agenda kerja bakti yang diadakan Kohati, dan agenda-agenda lain yang seharusnya bisa dilakukan oleh kader laki-laki dan kader perempuan HMI.
Membuat agenda di atas tidak sepenuhnya salah, karena itu agenda baik. Tetapi kan kita punya HMI. Pada bagian ini, mungkin ada yang menjawab, itu kan salah HMI-nya, siapa suruh gak aktif. Nah, inilah yang keliru. Perlu diingat bahwa Kohati itu bagian dari HMI. Kohati itu di HMI hanya sebatas pengurus bidang yang sama juga dengan bidang P3A, PTKP, dan lain-lain. Jangan malah mau eksis sendiri dong.
Kasus yang beda lagi tapi hampir sama adalah agenda-agenda di atas diadakan oleh HMI. Tetapi dalam pamflet, ada tambahan logo Kohati, dalam kardus galang dana ada tambahan logo Kohati juga. Ini kan aneh, seolah memberikan perspektif HMI itu sendiri dan Kohati itu sendiri. Keduanya merger untuk membuat agenda tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis lebih sepakat agar Kohati dibubarkan saja. Keberadaan Kohati saat ini malah mendikotomikan HMI. Kelembagaan Kohati tidak benar-benar diperlukan. Bidang Pemberdayaan Perempuan yang ada di HMI sudah cukup untuk mengakomodir agenda-agenda perempuan HMI.
Namun, apabila ingin ditambahkan faktor politiknya, bolehlah Kohati tetap ada. Biar suara gerbong kita nanti bisa lebih banyak. Tapi kalau sudah dalam agenda HMI, janganlah berlebihan. Jangan buat agenda yang melampaui tupoksinya. Jangan dikotomikan HMI dan Kohati. Cuma lagi-lagi kalau ada faktor politik begini, pertanyaan yang muncul adalah Kohati dibuat untuk perkaderan atau politik ya? Wallahu a’lam.
OLEH : KADER HMI SAJA ( BUKAN KADER KOHAWAN ATAU KADER KOHATI )
0 Comments